Minggu, 17 Juli 2011

PEMANASAN GLOBAL : SUATU KEBENARAN YANG TAK MENYENANGKAN

Oleh Masdin
Sudah pernah diterbitkan pada Majalah MEDIA KITA - BATAN

Kebenaran merupakan suatu konsep yang abstrak yang memiliki nilai benar atau salah, tetapi bukan kedua-duanya. Berdasarkan ruang lingkupnya kebenaran dapat bersifat umum (universal) dan khusus, sedangkan berdasarkan waktu kejadian dapat bersifat masa lampau, saat ini dan masa depan. Pembawa kebenaran ini dapat berupa kenyataan, idealisme, teori, doktrin dan lain lain. Dalam pelajaran Logika Matematika, kebenaran yang paling tinggi bahwa kebenaran ini sudah diterima apa adanya secara naluri terhadap keterbatasan dan kemampuan manusia dan disebut sebagai aksioma. Selanjutnya adalah definisi, yaitu suatu kebenaran yang bernilai benar atas kesepakatan ataupun batasan lingkup suatu teori. Kebenaran yang terakhir adalah teorema, yaitu suatu kebenaran yang bernilai benar bila dapat dibuktikan kebenarannya oleh semua orang. Pada kesempatan ini kita akan melihat kebenaran tentang pemanasan global terhadap bumi yang kita huni. Bumi merupakan tempat kita berpinjak yang juga milik kita semua untuk merawat dan menjaganya untuk generasi kedepan.
Usia bumi kita saat ini diperkirakan telah berusia 4.6 miliar tahun. Jarak bumi ke matahari sekitar 150 juta kilometer, sedangkan diameter bumi yang berbentuk bola sekitar 12.756 kilometer. Struktur bumi secara teoritis diperkirakan terdiri dari bagian bagian inti bumi dari titik pusat sebesar 1.370 kilometer dengan suhu 4.500 oC yang merupakan padatan besi nikel, diselimuti oleh bagian inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 km, lalu diselimuti oleh mantel berbahan silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83 % isi bumi dan terahkir diselimuti oleh kerak buni setebal sekitar 85 kilometer. Kerak bumi yang berada di dasar laut memiliki ketebalan yang lebih tipis yaitu sekitar 5 kilometer. Di permukaan kerak bumi ini manusia hidup. Untuk melindungi manusia dan segala kehidupan di permukaan bumi dari angin matahari, sinar ultra ungi dan radiasi angkas luar secara alamiah terdapat lapisan udara atau lebih dikenal sebagai atmosfir bumi. Lapisan udara memiliki ketebalan sekitar 700 kilometer, yang terbagi atas lapisan troposfir, stratosfir, mesosfir, termosfir dan eksosfir.
Keberlangsungan kehidupan di bumi merupakan masalah manusia untuk menjaga lingkungan hidup dapat berlangsung tetap harmonis. Secara global gagasan perlindungan bumi ini dicanangkan pertama kali oleh seorang senator Amerika Serikat, Geylord Nelson pada tahun 1969, dalam sebuah pidatonya di Seatle tentang desakan untuk melindungi masalah lingkungan hidup. Gagasan Nelson ini mendapatkan dukungan yang mencengangkan dari berbagai masyarakat sipil dan ilmiah. Sehingga pada tanggal 22 April 1970 dicanangkan sebagai HARI BUMI (lihat dengan menggelar sebanyak 20 juta orang Amerika turun ke jalan. Fenomena ini dikenal sebagai 'ledakan akar rumput yang sangat mencengangkan dunia'. Selanjutnya  Hari Bumi 1990 melibatkan 200 juta manusia di seluruh dunia, maka pada Hari Bumi 2000 diperkirakan terlibat 500 juta manusia di seluruh dunia dengan jargon "making history - making change". Semakin hari, orang semakin melindungi dunia. Maka kebenaran kita adalah kebenaran menyelematkan bumi dan segala isinya agar tetap berlangsung secara harmonis dan abadi. (lihat Jaringan Hari Bumi)

Pemanasan Global
            Masalah lingkungan yang saat ini sudah memerlukan perhatian yang menyeluruh dan global adalah pemasan global. Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Rata-rata temperatur permukaan Bumi sekitar 15 derajat C. Selama seratus tahun terakhir, rata-rata temperatur ini telah meningkat sebesar 0,6 derajat Celsius. Para ilmuan memperkirakan pemanasan lebih jauh hingga 1,4 - 5,8 derajat Celsius pada tahun 2100. Kenaikan temperatur ini akan mengakibatkan mencairnya es di kutub dan menghangatkan lautan, yang mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9 - 100 cm (4 - 40 inchi), menimbulkan banjir di daerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan pulau-pulau. Nilai peningkatannya menjadi lebih besar dibandingkan dengan nilai-nilai peningkatan yang pernah terjadi sebelumnya. Ilmuwan berkesimpulan bahwa kegiatan manusialah yang menjadi penyebab utama meningkatnya pemanasan global yang seringkali dikenal dengan efek rumah kaca (GRK). Efek rumah kaca memanaskan bumi melalui suatu proses yang kompleks yang berhubungan dengan sinar matahari, gas, dan partikel-partikel yang ada di atmosfer. Gas-gas yang menahan panas di atmosfer disebut gas rumah kaca. Gas CO2 memberi kontribusi terbesar dalam pemanasan global, yaitu 50%.  Selanjutnya kontribusi hingga terkecil diberikan oleh gas-gas CFCs, CH4, O3, dan NOx masing-masing lebih kurang 20%, 15%, 8% dan 7%.  Kegiatan manusia yang menimbulkan pemanasan global adalah pembakaran minyak bumi, batu bara, dan gas alam dan pembukaan lahan. Sebagian besar pembakaran berasal dari asap mobil, pabrik, dan pembangkit tenaga listrik. Pembakaran fosil ini menghasilkan gas carbon dioxide (CO2) dan pembukaan lahan dengan menebangi pohon-pohon jelas akan ikut meningkatkan jumlah CO2 karena menurunkan penyerapan CO2, dan dekomposisi dari tumbuhan yang telah mati juga meningkatkan jumlah CO2.
Pemanasan global yang terus menerus dapat menimbulkan berbagai kerusakan-kerusakan. Tanaman dan binatang yang hidup di dalam laut menjadi terganggu. Binatang dan tumbuhan di daratan terdorong untuk berpindah ke habitat yang baru. Pola cuaca menjadi berubah menyebabkan timbulnya banjir besar, kekeringan, angin kencang, dan badai yang besar. Mencairnya es di kutub mengakibatkan peningkatan tinggi permukaan air laut. Penyakit-penyakit menyerang manusia secara meluas dan terjadi penurunan hasil panen di beberapa wilayah. Ancam kesehatan manusia secara langsung adalah munculnya penyakit-penyakit tropis seperti malaria dan demam dapat menyebar kewilayah yang lebih luas. Penderita kanker kulit juga meningkat. Gelombang panas yang terus menerus dapat menyebabkan penyakit dan kematian. Banjir dan kekeringan meningkatkan kelaparan dan kekurang gizi.
Yang menjadi kerusakan utama adalah terjadinya perubahan iklim, dimulai pada saat diselenggarakannya Konverensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brasil tahun1992, dengan dibentuknya badan dunia yang dikenal dengan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, lihat IPCC).  Pada periode inilah perubahan iklim, penyebab, dampak yang akan ditimbulkan dan penanggulangan dampak , serta upaya menekan laju perubahan iklim banyak dipelajari dan diupayakan pemecahannya dalam skala Internasional.
Indiksi teknis yang dapat digambarkan adalah laporan IPCC (Intergovermental Panel for Climate Change) yang mencatat bahwa telah terjadi kenaikan permukaan air laut sebesar satu sampai dua meter dalam 100 tahun terakhir. Diungkapkan, pada tahun 2030 mendatang, diperkirakan permukaan air laut akan bertambah sebesar 8 cm sampai 29 cm dari permukaan laut saat ini dan pada tahun 2070 diperkirakan akan terjadi kenaikan permukaan air laut setinggi 60 cm. Dan fenomena ini terus tidak berhenti sampai menenggelamkan semua permukaan daratan bila efek rumah kaca tidak dapat dikurangi. Kebenaran yang dianut sampai disini adalah kebenaran fenomena pemanasan global yang membuat dunia tenggelam akibat dari peningkatan konsentrasi CO2. Hasil pengukuran ilmuan menunjukan bahwa peningkatan konsenrasi CO2 secara berarti dimulai pada tahun 1850 atau masuknya era revolusi industri sebesar 250 ppm menjadi sekitar 350 – 400 ppm saat ini.
Untuk itu, para ilmuwan mempelajari untuk mencari cara untuk menghindari terjadinya pemanasan global. Tindakannya adalah mengambil kebijakan untuk membatasi emisi CO2 dari setiap kegiatan, menyembunyikan karbon yang juga membantu mencegah karbon dioksida memasuki atmosfer atau mengambil CO2 yang ada. Menyadari bahaya dari pemanasan global ini, pada tahun 1997 di Jepang sekitar 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto (lihat juga Protokol Kyoto). Perjanjian ini, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.

Penutup
Para ilmuan yang tergabung dalam IPCC telah membangun suatu teori yang sangat kuat dan hasil pengukuran yang cukup akurat untuk membangun laporan tentang bahaya dari pemanasan global. Tentunya, secara teoritis laporan IPCC memiliki suatu nilai kebenaran yang tidak menyenangkan. Tidak menyenangkan karena masa depan kehidupan akan punah setelah seratus tahun ke depan bila teknologi inovatif yang aman dan ramah lingkungan belum tersedia.
Dalam logika matematika, kebenaran akan terjadinya bahaya pemanasan global 100 tahun ke depan merupakan suatu teorema. Teorema baru dapat dikatakan bernilai benar, bila dapat dibuktikan kebenarannya melalui definsi dan aksioma. Untuk menjawab ini diperlukan suatu definisi yang jelas bahwa apakah terjadinya peningkatan panas bumi bergantung langsung dengan konsentrasi CO2 dan juga suatu aksioma bahwa apakah emisi CO2 cenderung terakumulasi di atmosfir tanpa ada penetralan secara alamiah. Manusia bisa berencana tetapi tuhan memiliki kehendak. Tak ada kekuatan dan daya manusia selain tuhan pencipta dan pengatur alam semesta ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar